Sabtu, 31 Mei 2014

Rindu

Hatiku terasa gelisah saat menyambut malam.
Jiwaku takut saat menghadapi senja yang telah meninggi dan bersiap untuk berganti waktu.
Karena...
Disaat-saat inilah rinduku bertumpah.
Berceceran tanpa ada seorang pun yang memungutnya.
Menyebar hingga ke setiap inchi tubuhku dan membakarnya.
Mengambil alih pikiranku dengan seenaknya.
Ingin aku segera memejamkan mata menuju kehidupan fana.
Sialnya, di kehidupan fana ini lagi-lagi aku bertemu denganmu.

Hey, kamu.
Mengapa kamu seenaknya mengubah cerita dalam mimpiku?
Mengubahnya sehingga kamu yang menjadi pemeran utama didalamnya.
Tak cukupkah dalam kehidupan nyata kamu sudah mengambil alih seluruh komponen dalam diriku ini?
Tak cukupkah kamu menyiksa diriku yang sedang haus akan dirimu?

Kamu sendiri merupakan sebuah mimpi bagiku.
Entahlah, apakah akan menjadi nyata ataukah selamanya menjadi angan-angan belaka.
Entahlah, apakah hanya bisa kunikmati seperti ini ataukah suatu hari dapat ku gapai.

Ironis memang.
Sebuah rindu yang semestinya dapat kunikmati bahagia malah beralih menjadi seperti sebuah kisah Cinderella.
Tidak, manis. Bukan Cinderella bersepatu kaca itu.
Melainkan Cinderella tanpa seorang pangeran yang menjemputnya.
Terlalu indah jika kita hanya bertumpu pada kisah dongeng klasik yang selalu berakhir dengan bahagia.

Mereka bilang padaku untuk menikmati saja rindu ini.
Ya, aku memang sedang menikmatinya.
Menikmati sebuah rasa yang tak berdefinisi.
Berjalan setapak demi setapak pada jejak kecil yang aku sendiri tak tahu akan berujung kemana.
Menyusuri lorong panjang yang menguras energi dan melinukan langkah kakiku.





- K.A

0 komentar:

Posting Komentar