Kamis, 29 Mei 2014

Hey, D.

Hey, D.
aku berdiri tepat didepan sebuah coffee shop yang sering kita kunjungi.
suasananya tidak berubah, tatanan kursi dan meja kayu jati tetap berada ditempatnya.
sapaan para pelayan yang menyambut pelanggan terus menggema.
aroma khas kopi selalu tercium disekelilingnya.
menu yang ditawarkan pun sama.
Hanya satu yang berubah : kamu.

Hey, D.
lama tak berjumpa.
berjumpa dalam frekuensi yang sama.
menertawakan lelucon yang kita ciptakan.
membincangkan bahasan yang menarik tentang hal sekitar.
memperdebatkan hal yang kita sangsikan kebenarannya.
Hanya satu yang berubah : frekuensi kita sudah berbeda.

Hey, D.
perasaan hangat itu memang sudah tak lagi ditempatnya.
rasa rindu itu menjelma menjadi sesuatu yang hambar.
perasaan membuncah itu tak lagi membuat jantungku melompat kesana kemari.
tetapi...
mengapa getaran kecil itu masih terasa saatku melihatmu?

Hey, D.
aku tak tau apa arti dari getaran kecil ini.
hanya saja, aku selalu merasakannya saat menatapmu dari dekat.
saat mendengarkan kata-kata yang terujar dari bibirmu.
saat menatapmu pergi ketika kamu pulang.
saat melihatmu tertawa dengan khasnya.

Hey, D.
air mata ini sudah tak lagi mengalir deras seperti kala itu.
apa karena sudah tak bisa?
aku tak tahu.
hati ini tak lagi bisa merasakan hatimu.
apa karena sudah lelah?
aku lagi-lagi tak tahu.

Hey, D.
kamu tau?
bayanganmu masih sesekali singgah saat heningnya malam.
canda tawamu masih sesekali menyergap hatiku saat sendiri.
kerlingan matamu masih sesekali aku lihat dalam mimpi.
seketika aku langsung tersadar.
ah, sudah lah.

Hey, D.
aku lelah.
bolehkah aku berhenti?
aku penat.
bolehkah aku putar haluan?
aku ingin pergi.
bolehkah aku meninggalkanmu?

Hey, D.
kita ini layaknya rel kereta.
beriringan, tetapi takkan pernah menyatu.
terlalu banyak batu kerikil disekeliling.
selalu terinjak oleh suatu benda yang kuat.

Hey, D.
kita ini juga laksana minyak dan air.
tak pernah bersatu.
memiliki bobot jenis yang berbeda.
sekalipun disatukan, pasti suatu saat akan terpisah juga.
sekalipun disatukan, akan tercipta suatu batas yang pasti muncul untuk memisahkan.

Hey, D.
inikah saatnya untukku mengucap selamat tinggal?
terlalu cepat kah?
atau aku terlalu lamban?

Hey, D.
tenang saja, semesta masih menginginkan kita untuk terhubung.
janganlah kamu sungkan untuk berbicara denganku.
untuk itu, bolehkah aku mengucap dua kata sederhana?

selamat tinggal, D.
I wish you happiness.




-K.A

0 komentar:

Posting Komentar